
Foto: Rekaman CCTV di SMAN 72 saat dan sebelum kejadian ledakan (TVRINews/Nirmala Hanifah)
Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya telah mengamankan dua barang bukti DVR pada kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025 lalu. Hal tersebut, diungkapkan oleh Dir Ressiber Polda Metro Jaya, AKBP Roberto Gomgom Manorang Pasaribu.
“Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya akan memaparkan mengenai proses digital forensik terhadap temuan kami dari dua barang bukti DVR yang kami terima dari penyidik, dalam hal ini Polres Metro Jakarta Utara,” ujar AKBP Roberto di Mapolda Metro pada Selasa, 11 November 2025.
Lebih lanjut, Roberto menjelaskan bahwa kedua DVR tersebut digunakan sebagai media perekaman seluruh kamera CCTV di lingkungan SMA Negeri 72 Jakarta.
“Yang pertama adalah CCTV dengan merek HighLook berupa satu buah DVR dengan hard disk merek Seagate kapasitas 2 TB yang menyimpan 16 channel,” ungkapnya.
?“Kemudian yang kedua adalah CCTV dengan merek HIK Vision dengan hard disk Seagate berkapasitas 4 TB yang merekam 32 channel kamera,” tambahnya.
Dalam pemeriksaan digital forensik, tim juga melakukan proses kalibrasi waktu (time calibration) untuk menyesuaikan jam sistem di dalam DVR dengan waktu sebenarnya (real time).
“Untuk DVR HighLook menggunakan sistem waktu UTC+08, namun secara real time perangkat mengikuti UTC+07, sehingga terdapat selisih satu jam,” jelas Roberto.
?“Sedangkan DVR HIK Vision tercatat menggunakan UTC+07 dengan perbedaan waktu real time kurang dari lima menit,” imbuhnya.
AKBP Roberto kemudian menjelaskan hasil analisis terhadap beberapa rekaman CCTV yang merekam aktivitas anak berkonflik dengan hukum (ABH) di area sekolah pada hari kejadian.
“Pada waktu CCTV menunjukkan pukul 07.28, sebenarnya waktu aktualnya adalah 06.28 lewat empat menit. Terlihat ABH memasuki gerbang sekolah mengenakan seragam, membawa tas punggung warna merah dan tas tangan biru,” katanya.
Rekaman berikutnya menunjukkan ABH melintas di sejumlah titik, termasuk koridor ruang kepala sekolah dan lorong lantai satu timur dua.
“Pada pukul 11.43 waktu real, anak tersebut terlihat tanpa alas kaki, mengenakan celana hitam bagian dalam, dan berjalan menuju masjid,” jelasnya.
Menurut Roberto, kamera channel A06 di depan masjid merekam momen ABH memasuki masjid dengan membawa tas merah.
“Pada pukul 11.44 waktu real, anak itu masuk ke masjid. Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 12.05, terlihat cahaya merah diikuti ledakan dan asap putih dari dalam masjid,” ungkapnya.
Setelah ledakan terjadi, rekaman lain menunjukkan ABH berlari menjauh dari lokasi, disusul siswa-siswa yang tampak berhamburan keluar dari area masjid.
“Pada pukul 12.20, CCTV memperlihatkan para siswa berlari meninggalkan masjid,” tutur Roberto.
Pihak kepolisian masih melakukan analisis lanjutan terhadap barang bukti dan rekaman CCTV tersebut. Roberto menyebut, temuan terkait perangkat pengendali jarak jauh (remote) akan dipaparkan lebih lanjut oleh Direktorat Kriminal Umum (Dirkrimum) dan tim Jibom (Penjinak Bom).
“Temuan ini nanti akan dibahas lebih detail oleh Dirkrimum, karena sebelumnya tim Jibom telah memastikan adanya peralatan pengendali atau remote di lokasi,” pungkasnya.
Editor: Redaktur TVRINews
