
Foto: Screenshot youtube DPR Parlemen
Penulis: Nisa Alfiani
TVRINews, Jakarta
Sejumlah mantan pemain dari Oriental Circus Indonesia (OCI) mengadu ke Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin, 21 April 2025. Mereka mengungkapkan pengalaman buruk yang meliputi kekerasan fisik dan perlakuan tidak manusiawi yang mereka alami selama bertahun-tahun bekerja di lingkungan sirkus tersebut.
Salah satu mantan pemain, Yuli, menceritakan bahwa ia dan sejumlah rekannya terpaksa melarikan diri dari OCI karena merasa terancam. Dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU), Yuli menyatakan, "Kami semua kabur dari sirkus itu. Kami berusaha sebaik mungkin untuk bersembunyi agar tidak tertangkap."
Yuli mengungkapkan bahwa ia sempat mencoba melarikan diri pada tahun 1986, namun upayanya gagal dan berujung pada kekerasan yang diterimanya. "Saya pernah kabur pada tahun 1986, tetapi saya ditangkap dan dipukuli. Kakak saya juga mengalami hal yang sama, dia kabur, ditangkap, dan dipukuli," ujarnya.
Menurut Yuli, kekerasan fisik tersebut dilakukan oleh pihak Oriental Circus Indonesia, khususnya oleh Frans Manansang, yang disebutnya sebagai pelaku pemukulan. "Pihak sirkus yang melakukan pemukulan, itu yang melakukan Pak Frans Manansang," ungkap Yuli.
Dalam kesempatan tersebut, Yuli meminta keadilan atas perlakuan yang ia dan rekan-rekannya alami. "Kami berharap ada keadilan. Kami ingin mereka diadili, karena saya tidak bisa menerima perlakuan seperti yang dialami Vivi yang disetrum, atau Butet yang diberi kotoran gajah di mulutnya," tegas Yuli.
Sebelumnya, pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau, memberikan klarifikasi terkait tudingan mantan pemain OCI yang mengaku tidak menerima gaji. Tony menjelaskan bahwa sejak awal para pemain yang direkrut oleh OCI dianggap sebagai bagian dari keluarga besar sirkus tersebut.
"Di OCI, kami sudah seperti keluarga besar. Jika ada yang sakit, pasti diobati, dan tidak pernah ada kata tidak ada uang. Semua kebutuhan dasar sudah terjamin, seperti pakaian dan uang saku," ujar Tony saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan pada Kamis (17/4/2025).
Tony menambahkan, meskipun para pemain tidak menerima upah seperti pekerja pada umumnya, mereka selalu diberikan uang saku setiap minggu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. "Memang tidak diberikan gaji secara resmi, tetapi kami memberikan uang saku untuk belanja dan kebutuhan lainnya. Itu selalu ada, tidak mungkin tidak ada," kata Tony.
Tony juga menanggapi anggapan bahwa anak-anak di bawah asuhan OCI hidup dalam kondisi yang tidak layak. Menurutnya, kondisi fisik anak-anak tersebut menunjukkan bahwa mereka sehat dan terawat. "Lihat saja wajah mereka, semua sehat-sehat. Mereka tidak kurus atau ceking," ujarnya.
Lebih lanjut, Tony menjelaskan bahwa perhatian terhadap anak-anak tidak hanya terbatas pada kebutuhan sehari-hari. "Anak-anak juga diajak bertamasya, dan bahkan ada perayaan ketika mereka ulang tahun," imbuh Tony. "Kami memberikan uang belanja, pakaian lengkap, dan jika hari raya, mereka pasti mendapat hadiah. Itu semua adalah bagian dari kehidupan keluarga besar di OCI."
Beberapa mantan pemain OCI juga menceritakan pengalaman mereka, termasuk Ida, yang mengaku pertama kali bergabung dengan sirkus pada usia 5 hingga 6 tahun dan tidak mengetahui siapa orang tua aslinya. Banyak dari mereka juga mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami kekerasan fisik dan tidak mendapatkan gaji yang seharusnya.
Baca Juga: Menkes Budi Tegaskan Perbaikan Sistem Pendidikan Dokter Spesialis
Editor: Redaktur TVRINews
